Dalam data Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera (PPKS) Kabupaten Aceh Barat tercatat, sebanyak belasan ibu di Meulaboh terpaksa berprofesi sebagai pekerja seks komersial atau PSK karena suami meninggal akibat konflik dan bencana tsunami.
"Baru belasan ibu yang tercatat berprofesi PSK, kebanyakan mereka mengaku terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain untuk menghidupi anak mereka setelah ditinggal para suami," kata Kepala Kantor PPKS Aceh Barat Sultri Helfianti di Meulaboh, Rabu (22/12/2010).
Diperkirakan masih banyak kalangan janda korban konflik dan bencana stunami di Aceh Barat bernasib naas, yang terpaksa mengambil jalan pintas untuk menutupi kebutuhan keluarganya.
Karena itu, PPKS akan menginventarisasi secara keseluruhan aktivitas kalangan wanita, selanjutnya akan memberikan bekal sejumlah pengetahuan agar para ibu, khususnya dalam kondisi tanpa suami, seperti halnya dapat membuka usaha jika terkendala diterima bekerja di perusahaan.
"Sayangnya anggaran daerah terbatas sehingga kami terkendala untuk mendeteksi secara dini persoalan wanita. Akibatnya, baru satu kecamatan yang sementara ini dapat dijangkau," kata Sultri.
Dalam perkembangannya, kaum ibu di Aceh Barat sudah terlihat berusaha meningkatkan keahliannya agar mampu bersaing dengan pekerja pria.
"Mudah-mudahan di Hari Ibu ini memberikan berkah kesejahteraan bagi mereka. Mudah-mudahan dapat mengetuk pintu hati Ibu Presiden Ani Yudhoyono serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar agar mau menengok kondisi para ibu di sini," harapnya.
"Baru belasan ibu yang tercatat berprofesi PSK, kebanyakan mereka mengaku terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain untuk menghidupi anak mereka setelah ditinggal para suami," kata Kepala Kantor PPKS Aceh Barat Sultri Helfianti di Meulaboh, Rabu (22/12/2010).
Diperkirakan masih banyak kalangan janda korban konflik dan bencana stunami di Aceh Barat bernasib naas, yang terpaksa mengambil jalan pintas untuk menutupi kebutuhan keluarganya.
Karena itu, PPKS akan menginventarisasi secara keseluruhan aktivitas kalangan wanita, selanjutnya akan memberikan bekal sejumlah pengetahuan agar para ibu, khususnya dalam kondisi tanpa suami, seperti halnya dapat membuka usaha jika terkendala diterima bekerja di perusahaan.
"Sayangnya anggaran daerah terbatas sehingga kami terkendala untuk mendeteksi secara dini persoalan wanita. Akibatnya, baru satu kecamatan yang sementara ini dapat dijangkau," kata Sultri.
Dalam perkembangannya, kaum ibu di Aceh Barat sudah terlihat berusaha meningkatkan keahliannya agar mampu bersaing dengan pekerja pria.
"Mudah-mudahan di Hari Ibu ini memberikan berkah kesejahteraan bagi mereka. Mudah-mudahan dapat mengetuk pintu hati Ibu Presiden Ani Yudhoyono serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar agar mau menengok kondisi para ibu di sini," harapnya.